Al Waajibaat Aktsaru Minal Awqaat
Dakwah ini mengarahkan kadernya untuk selalu menyikapi sebuah persoalan dengan patokan dhawabith yang benar.
Sehingga mendorong kadernya untuk berpikir serta bersikap dalam koridor yang tepat.
Tidak salah langkah tidak pula keliru menilai. Agar dalam waktu yang cepat dapat segera mengambil posisi untuk Musyarakah da'awiyah (partisipasi dalam dakwah).
Imam Hasan Al Banna Rahimahullah bergumam lantang pada dirinya. “Wahai fulan bin fulan, duhai teman, hari ini semua tempat telah jelas untuk siapa? Tiada tempat yang kosong. Semua sibuk mencarinya. Namun tak seorangpun yang berani berada pada posisi duduknya yang berbahaya. Aku inginkan diriku yang menempatinya. Siapkah kalian mengikutiku untuk mengambil posisi suci ini?”.
“Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS Yusuf: 108).
Alasan yang amat jelas akan posisi tersebut karena tugas-tugas berat lainnya sedang menunggu siapakah gerangan yang akan memikulnya. Bukankah kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang kita miliki (al waajibaat aktsaru minal awqaat).
:: Artikel oleh: Ustadz Drs. DH Al Yusni | sekarang tinggal di Bekasi
Sehingga mendorong kadernya untuk berpikir serta bersikap dalam koridor yang tepat.
Tidak salah langkah tidak pula keliru menilai. Agar dalam waktu yang cepat dapat segera mengambil posisi untuk Musyarakah da'awiyah (partisipasi dalam dakwah).
Imam Hasan Al Banna Rahimahullah bergumam lantang pada dirinya. “Wahai fulan bin fulan, duhai teman, hari ini semua tempat telah jelas untuk siapa? Tiada tempat yang kosong. Semua sibuk mencarinya. Namun tak seorangpun yang berani berada pada posisi duduknya yang berbahaya. Aku inginkan diriku yang menempatinya. Siapkah kalian mengikutiku untuk mengambil posisi suci ini?”.
“Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS Yusuf: 108).
Alasan yang amat jelas akan posisi tersebut karena tugas-tugas berat lainnya sedang menunggu siapakah gerangan yang akan memikulnya. Bukankah kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang kita miliki (al waajibaat aktsaru minal awqaat).
:: Artikel oleh: Ustadz Drs. DH Al Yusni | sekarang tinggal di Bekasi


wahh ada ustadz Yusni nihhh
BalasHapus