Header Ads

test

Sayyid Quthub, Generasi Pejuang Dakwah


Sayyid Quthub adalah salah satu pejuang dakwah yang rela mati di tiang gantungan daripada dipaksa mengakui kebenaran rejim Gamal Abdul Nasher. Bagi Sayid Quthub, tiang gantungan itu kecil, tiada bernilai apapun jika dibandingkan dengan kemuliaan Islam yang harus diperjuangkan.

Pejuang dakwah terdahulu sejak Hasan Al Banna dan para penerusnya telah merasakan pahit getirnya dakwah. Yusuf Qardhawi merasakan hidup di penjara, Ali Juraisyah lama mendekam di penjara, Sayid Quthub dan Hamidah Quthub juga dipenjara. Mereka tetap istiqamah memperjuangkan kebenaran meskipun disiksa dan ada yang sampai dihukum mati.

Tatkala Sayid dibawa menuju lokasi eksekusi, dihadirkanlah Hamidah Quthub, adiknya, agar bisa membujuk Sayid Quthub untuk meminta maaf kepada penguasa, dengan mencabut bukunya ‘Ma'alim fith Thariq’. Pemerintah berharap dengan cara itu akan bisa melunakkan sikap Sayid Quthub.

Tetapi apakah yang terjadi ketika keduanya dipertemukan? Sayid Quthub membuka kaca jendela mobilnya, dan menyapa Hamidah Quthub. Hamidah mengatakan, "Selamat jalan kakakku", dan dijawab oleh Sayid Quthub, "Selamat tinggal adikku, kita akan bertemu di pintu surga". Akhirnya Sayid pun dibawa ke lokasi eksekusi.

Sesaat sebelum eksekusi dilaksanakan, Sayid Quthub meminta waktu untuk menunaikan shalat sunnat dua rakaat. Pada waktu sujud terakhir di rakaat kedua, ia begitu lama melaksanakan sujud. Terasa nikmat sekali sujudnya.

Tapi tiba-tiba ia terbangun cepat dan segera tahiyat akhir dan salam. Setelah itu ia berkata kepada para penjaga, "Jika bukan karena aku khawatir kalian menganggapku takut mati, niscaya aku akan sujud lebih lama lagi”.

“Sungguh, ini adalah sujudku yang paling indah sepanjang hidupku,” ucapnya. Sayid Quthub pun dibawa ke tiang gantungan, dan menemui syahidnya disana. | Cecep Y Pramana @CepPangeran


Tidak ada komentar