Muhasabah Diri (tulisan 2)
Aku pun tertunduk diam…
Merenung...
Mengingat...
Memasuki ruang dimensi waktu yang telah lalu...
Pertanyaan melintas dalam benakku tanpa menentu sampai suatu ketika aku bertanya:
“Mengapa Rasullullah berdoa seperti itu, padahal kita tahu bahwa air yang panas akan lebih mempunyai atsar yang kuat untuk menghilangkannya?”
“Oh…pertanyaan ini telah mengingatkanku pada Ibnu Qayyim Al Jauzi yang sedang bertanya kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang hal ini.
Lalu beliau menjawab: ”Sesungguhnya maksiat dan dosa itu akan mendatangkan panas dan najis di dalam hati, sehingga hati akan menjadi lemah dan tidak berdaya menghadapi api syahwat, karena sesungguhnya maksiat dan dosa itu seperti kayu bakar yang akan memperbesar kobaran api, sebab itu semakin banyak maksiat dan dosa dikerjakan, semakin besar pula api berkobar…"
Sedang air itu membersihkan kotoran dan menghentikan kobaran api...
"Apabila air itu bertambah dingin, maka daya pendinginannya akan lebih kuat dan mampu membersihkan kotoran secara sempurna,” urai air mata.
“Engkau benar wahai air mata. Aku merasa gelisah dan perasaan tidak menentu di dalam hatiku, dan aku mengira bahwa hal ini merupakan atsar dosaku dan keteledoranku terhadap Rabbku.”
“Ya…engkau benar, karena sesungguhnya maksiat itu mendatangkan kesialan bagi pelakunya. Karena itu, cepatlah engkau bertaubat sebelum ajal menjemput.”
“Sebelum kita berpisah, bolehkah aku bertanya satu pertanyaan?”
“Silahkan…”
“Aku merasa bahwa hati ini terasa keras bagai batu karang.
Berapa banyak nasehat yang masuk tapi aku tetap teledor dan gegabah pada hak-hak Rabbku. Yang terasa aneh, mengapa engkau tetap keluar?”
“Wahai hamba Allah, itulah panggilan fitrah.
Jika engkau perhatikan pada masa-masa seperti sekarang ini, engkau akan menemukan hati yang membantu, keras bagai batu karang di lautan yang tidak goyah diterpa hempasan-hempasan gelombang da’wah dan suara hati nurani mereka sendiri.
Engkau akan sulit sekali menemukan hati yang selalu beriltizam untuk dzikrullah, kecuali mereka yang mendapat taufiq dan hidayah-Nya.”
“Dan apa yang menyebabkan hal itu?”
“Cinta dunia dan tertipu oleh fatamorgana di dalamnya.
Manusia sekarang ini telah terlena dan tertipu...
oleh kemewahan-kemewahan yang bersifat semu dan fana...
Dunia ini tak ubahnya seperti ular yang mengagumkan orang...
Karena kehalusan kulitnya dan keindahannya...
Namun dibalik itu mereka tidak sadar bahwa dia membawa petaka yang besar...
dengan racunnya yang mematikan...
“Apa yang dimaksud dengan racun itu?”
“Dosa-dosa dan maksiat, karena sesungguhnya noda-noda dosa itu adalah racun di dalam hati, maka kita harus sucikan dan keluarkan dari dalamnya, jika tidak, maka akan matilah hati kita.”
“Lalu bagaimanakah cara membersihkannya dari racun itu?”
“Dengan taubat terus-menerus dan hijrah ke wilayah, tempat, orang-orang yang beristighfar dan minta ampun kepada Rabbnya.
Dengan begitu engkau akan mengetahui segala sesuatu yang akan membersihkan hatimu dari benih-benih dosa-dosa yang akan tumbuh.”
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang pandai adalah orang yang menghisab dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah-lemah yang dirinya mengikuti hawa nafsu serta berangan-angan terhadap Allah.” (HR Tirmidzi)
Ya Allah Aku berdoa kepada-Mu Ya Allah
Diatas kekhilafan dan dosa kami Ya Allah
Ya Allah kami berhimpun kepada-Mu
Ya Allah Berikanlah kekeuatan kapada kami untuk selalu senantiasa ikhlas kepada-Mu
Ya Allah perkenankanlah doa kami…Amin…Yaa Rabbal Alamin...
Merenung...
Mengingat...
Memasuki ruang dimensi waktu yang telah lalu...
Pertanyaan melintas dalam benakku tanpa menentu sampai suatu ketika aku bertanya:
“Mengapa Rasullullah berdoa seperti itu, padahal kita tahu bahwa air yang panas akan lebih mempunyai atsar yang kuat untuk menghilangkannya?”
“Oh…pertanyaan ini telah mengingatkanku pada Ibnu Qayyim Al Jauzi yang sedang bertanya kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang hal ini.
Lalu beliau menjawab: ”Sesungguhnya maksiat dan dosa itu akan mendatangkan panas dan najis di dalam hati, sehingga hati akan menjadi lemah dan tidak berdaya menghadapi api syahwat, karena sesungguhnya maksiat dan dosa itu seperti kayu bakar yang akan memperbesar kobaran api, sebab itu semakin banyak maksiat dan dosa dikerjakan, semakin besar pula api berkobar…"
Sedang air itu membersihkan kotoran dan menghentikan kobaran api...
"Apabila air itu bertambah dingin, maka daya pendinginannya akan lebih kuat dan mampu membersihkan kotoran secara sempurna,” urai air mata.
“Engkau benar wahai air mata. Aku merasa gelisah dan perasaan tidak menentu di dalam hatiku, dan aku mengira bahwa hal ini merupakan atsar dosaku dan keteledoranku terhadap Rabbku.”
“Ya…engkau benar, karena sesungguhnya maksiat itu mendatangkan kesialan bagi pelakunya. Karena itu, cepatlah engkau bertaubat sebelum ajal menjemput.”
“Sebelum kita berpisah, bolehkah aku bertanya satu pertanyaan?”
“Silahkan…”
“Aku merasa bahwa hati ini terasa keras bagai batu karang.
Berapa banyak nasehat yang masuk tapi aku tetap teledor dan gegabah pada hak-hak Rabbku. Yang terasa aneh, mengapa engkau tetap keluar?”
“Wahai hamba Allah, itulah panggilan fitrah.
Jika engkau perhatikan pada masa-masa seperti sekarang ini, engkau akan menemukan hati yang membantu, keras bagai batu karang di lautan yang tidak goyah diterpa hempasan-hempasan gelombang da’wah dan suara hati nurani mereka sendiri.
Engkau akan sulit sekali menemukan hati yang selalu beriltizam untuk dzikrullah, kecuali mereka yang mendapat taufiq dan hidayah-Nya.”
“Dan apa yang menyebabkan hal itu?”
“Cinta dunia dan tertipu oleh fatamorgana di dalamnya.
Manusia sekarang ini telah terlena dan tertipu...
oleh kemewahan-kemewahan yang bersifat semu dan fana...
Dunia ini tak ubahnya seperti ular yang mengagumkan orang...
Karena kehalusan kulitnya dan keindahannya...
Namun dibalik itu mereka tidak sadar bahwa dia membawa petaka yang besar...
dengan racunnya yang mematikan...
“Apa yang dimaksud dengan racun itu?”
“Dosa-dosa dan maksiat, karena sesungguhnya noda-noda dosa itu adalah racun di dalam hati, maka kita harus sucikan dan keluarkan dari dalamnya, jika tidak, maka akan matilah hati kita.”
“Lalu bagaimanakah cara membersihkannya dari racun itu?”
“Dengan taubat terus-menerus dan hijrah ke wilayah, tempat, orang-orang yang beristighfar dan minta ampun kepada Rabbnya.
Dengan begitu engkau akan mengetahui segala sesuatu yang akan membersihkan hatimu dari benih-benih dosa-dosa yang akan tumbuh.”
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang pandai adalah orang yang menghisab dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah-lemah yang dirinya mengikuti hawa nafsu serta berangan-angan terhadap Allah.” (HR Tirmidzi)
Ya Allah Aku berdoa kepada-Mu Ya Allah
Diatas kekhilafan dan dosa kami Ya Allah
Ya Allah kami berhimpun kepada-Mu
Ya Allah Berikanlah kekeuatan kapada kami untuk selalu senantiasa ikhlas kepada-Mu
Ya Allah perkenankanlah doa kami…Amin…Yaa Rabbal Alamin...
bagus sekali tulisan muhasabah nya mas..menggugah
BalasHapusposting yg enak dibaca..gw perlu evaluasi juga nih..
BalasHapusthanks and salam kenal pak Cepy