Muhasabah Diri (tulisan 1)
Muhasabah adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya, baik hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia).
Ia juga merupakan salah satu sarana yang dapat mengantarkan manusia mencapai tingkat kesempurnaan sebagai hamba Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”. (QS Al Hasyr: 18)”
Ibnu Al Qayyim berkata mengenai muhasabah, “Hal yang paling bermanfaat bagi seseorang ialah ia duduk sesaat ketika hendak tidur. Ia lakukan muhasabah terhadap dirinya pada saat tersebut atas kerugian dan keuntungannya pada hari itu. Lalu, ia memperbaiki taubatnya dengan nasuhah kepada Allah SWT, lantas tidur dalam keadaan bertaubat dan bertekad tidak melakukan dosa yang sama jika ia telah bangun. Itu ia kerjakan setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut, ia meninggal dalam keadaan bertaubat. Jika ia bangun, ia bangun dalam keadaan siap beramal, senang amalnya ditunda, dan siap mengerjakan perbuatan-perbuatan yang belum ia kerjakan”.
Muhasabah juga berarti menghisab, menghitung, evaluasi diri atau disebut juga dengan introspeksi. Muhasabah juga diidentikkan dengan menilai diri sendiri. Dalam bermuhasabah, seorang Muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik (beribadah) ataukah malah lebih banyak berbuat jahat (bermaksiat) dalam kehidupan sehari-hari.
Saudaraku…
Tanpa terasa, waktu demi waktu bergulir mengitari roda-roda zaman…
Semakin lama, roda-roda itu semakin terseok-seok terkena hempasan badai dan gelombang kehidupan…
Saudaraku…
Tanpa terasa, umur ini bertambah…
Namun, usia hidup makin berkurang…
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun…
Setapak demi setapak namun pasti kita menuju tempat yang pasti akan diziarahi oleh semua manusia, yaitu alam barzah…
Tetapi, kebanyakan mereka lupa dan lalai dengan kewajiban kita nantinya yaitu menghadap Allah SWT…
Sampai kapan wahai jiwa, sampai kapan…
Sampai kapan engkau akan lupa hakikat penciptaan…
Sampai kapan engkau akan tetap membangkang perintah Rabbmu, dan terlena oleh khayalan-khayalan yang hampa…
Sampai kapan, sampai datang ajalmu…
Sampai malaikat Izrail mendatangimu…
Baru engkau menangis…
Berapa banyak tausiyah, nasehat, wejangan disampaikan…
Tapi engkau tidak mendengar…
Berapa banyak malam yang engkau habiskan dengan sia-sia…
Tidak tahukah engkau bahwa masa-masa ini akan engkau pertanggungjawabkan di hadapan Rabbmu…
Berapa banyak rizki yang engkau dapatkan! Tapi engkau merasa kurang…
Tidak tahukah engkau bahwa harta yang engkau banggakan dan tumpuk-tumpuk itu akan membelit lehermu besok di akhirat…
Tidak tahukah engkau sebuah syair mengatakan:
“Tidaklah patut hidup, seseorang yang berfikir, kecuali hijrah dari satu keadaan ke keadaan yang lebih baik. Janganlah engkau mau dipermainkan dunia sedang engkau melihat segala ibrah dan pelajaran di dalamnya.”
Suatu ketika aku menangis karena banyaknya dosa, dan terlalu sedikitnya kebaikanku.
Tanpa terasa setetes air mata membasahi pipiku lalu berkata:
“gerangan apa yang terjadi wahai hamba Allah…
“Siapa engkau?” tanyaku
“Aku, tetesan air matamu,” jawab suara itu.
“Lalu, apa yang menyebabkan engkau keluar……?”
“Gejolak panasnya hatimu.”
“Panasnya hatiku…?
Lalu apa yang menyalakan api di dalam hatiku, sehingga engkau merasa panas?.
“Dosa-dosamu dan maksiat yang engkau kerjakan.”
“Apa…? Dosa…?
Apakah dosa mempengaruhi panas di dalam hati?
“Ya….apakah engkau tidak mendengar doa Rasul yang dibaca terus menerus?
“Wahai Tuhanku, bersihkanlah segala kesalahanku dengan air dan salju yang dingin.
Ia juga merupakan salah satu sarana yang dapat mengantarkan manusia mencapai tingkat kesempurnaan sebagai hamba Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”. (QS Al Hasyr: 18)”
Ibnu Al Qayyim berkata mengenai muhasabah, “Hal yang paling bermanfaat bagi seseorang ialah ia duduk sesaat ketika hendak tidur. Ia lakukan muhasabah terhadap dirinya pada saat tersebut atas kerugian dan keuntungannya pada hari itu. Lalu, ia memperbaiki taubatnya dengan nasuhah kepada Allah SWT, lantas tidur dalam keadaan bertaubat dan bertekad tidak melakukan dosa yang sama jika ia telah bangun. Itu ia kerjakan setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut, ia meninggal dalam keadaan bertaubat. Jika ia bangun, ia bangun dalam keadaan siap beramal, senang amalnya ditunda, dan siap mengerjakan perbuatan-perbuatan yang belum ia kerjakan”.
Muhasabah juga berarti menghisab, menghitung, evaluasi diri atau disebut juga dengan introspeksi. Muhasabah juga diidentikkan dengan menilai diri sendiri. Dalam bermuhasabah, seorang Muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik (beribadah) ataukah malah lebih banyak berbuat jahat (bermaksiat) dalam kehidupan sehari-hari.
Saudaraku…
Tanpa terasa, waktu demi waktu bergulir mengitari roda-roda zaman…
Semakin lama, roda-roda itu semakin terseok-seok terkena hempasan badai dan gelombang kehidupan…
Saudaraku…
Tanpa terasa, umur ini bertambah…
Namun, usia hidup makin berkurang…
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun…
Setapak demi setapak namun pasti kita menuju tempat yang pasti akan diziarahi oleh semua manusia, yaitu alam barzah…
Tetapi, kebanyakan mereka lupa dan lalai dengan kewajiban kita nantinya yaitu menghadap Allah SWT…
Sampai kapan wahai jiwa, sampai kapan…
Sampai kapan engkau akan lupa hakikat penciptaan…
Sampai kapan engkau akan tetap membangkang perintah Rabbmu, dan terlena oleh khayalan-khayalan yang hampa…
Sampai kapan, sampai datang ajalmu…
Sampai malaikat Izrail mendatangimu…
Baru engkau menangis…
Berapa banyak tausiyah, nasehat, wejangan disampaikan…
Tapi engkau tidak mendengar…
Berapa banyak malam yang engkau habiskan dengan sia-sia…
Tidak tahukah engkau bahwa masa-masa ini akan engkau pertanggungjawabkan di hadapan Rabbmu…
Berapa banyak rizki yang engkau dapatkan! Tapi engkau merasa kurang…
Tidak tahukah engkau bahwa harta yang engkau banggakan dan tumpuk-tumpuk itu akan membelit lehermu besok di akhirat…
Tidak tahukah engkau sebuah syair mengatakan:
“Tidaklah patut hidup, seseorang yang berfikir, kecuali hijrah dari satu keadaan ke keadaan yang lebih baik. Janganlah engkau mau dipermainkan dunia sedang engkau melihat segala ibrah dan pelajaran di dalamnya.”
Suatu ketika aku menangis karena banyaknya dosa, dan terlalu sedikitnya kebaikanku.
Tanpa terasa setetes air mata membasahi pipiku lalu berkata:
“gerangan apa yang terjadi wahai hamba Allah…
“Siapa engkau?” tanyaku
“Aku, tetesan air matamu,” jawab suara itu.
“Lalu, apa yang menyebabkan engkau keluar……?”
“Gejolak panasnya hatimu.”
“Panasnya hatiku…?
Lalu apa yang menyalakan api di dalam hatiku, sehingga engkau merasa panas?.
“Dosa-dosamu dan maksiat yang engkau kerjakan.”
“Apa…? Dosa…?
Apakah dosa mempengaruhi panas di dalam hati?
“Ya….apakah engkau tidak mendengar doa Rasul yang dibaca terus menerus?
“Wahai Tuhanku, bersihkanlah segala kesalahanku dengan air dan salju yang dingin.
Post a Comment