Al Qur’an Berbicara Fenomena Awan Kumulonimbus
Awan, hujan, badai dan kilatan petir adalah fenomena alam yang kurang mendapat perhatian, padahal sangat indah untuk kita renungkan. Di dalamnya banyak pelajaran, obyek observasi dan bukti pancaran kebenaran dan keimanan. Pancaran Nur Illahi, Yang Maha Kuasa.
Allah SWT menerangkan fenomena awan dengan perlahan-lahan, berupa tahapan yang memberikan peluang untuk direnungkan pada setiap tahapan terjadinya hujan. Proses detail tersebut agar mampu menyentuh jiwa dan menyadarkannya, merenungkan rekayasa Allah SWT yang ada di balik semua fenomena di alam semesta.
Hanya Allah SWT yang menggiring awan dari satu tempat ke tempat lainnya, menyebar dan mengumpulkannya. Ketika sudah tebal tersusun dari sekian banyak lapisan barulah keluar air, dan turunlah hujan lebat. Awan yang menggumpal bagaikan gunung-gunung besar di atas angkasa. Bertumpuk-tumpuk. Dan dalam awan itu terdapat pula kristal-kristal salju.
Menyaksikan fenomena awan bagaikan gunung yang bertumpuk-tumpuk itu sangat jelas nyata bagi orang yang berada di atas pesawat terbang. Pesawat itu terbang di atas gumpalan-gumpalan awan, menembus atau menerobos di sela-selanya. Fenomenanya menjadi gunung sungguhan bukan seperti gunung.
Al Qur’an menceritakan awan dengan penggambaran yang sangat jelas yang dapat dibuktikan dengan mata kepala, saat kita berada di pesawat terbang. Gunung-gunung di atas angkasa itu hanya patuh kepada Allah SWT.
Atas kehendakNya ia bergerak, bergeser kemana yang diperintahkan Allah SWT. Ia juga akan berarak sesuai dengan arah yang Allah SWT kehendaki, dan menghidar dari yang arah yang Allah SWT tidak kehendaki. Dengan awan dan hujan Allah SWT merahmati manusia dan dengan awan dan hujan itu pula Allah SWT pernah menurunkan azab-Nya.
Fenomena awan ini, Allah SWT lengkapi dengan kilau kilat, yang semakin menambah indah suasana. Perpaduan antara cahaya besar yang memenuhi alam dengan kilauan kilat yang membelah awan.
Allah SWT berfirman: “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan”. (QS An Nur: 43)
Kini, kita mengenal awan badai bernama Kumulonimbus (CB) setelah bencana yang terjadi di tanah air di akhir tahun 2014 dan di publish di media, karena menjadi salah satu penyebab jatuhnya pesawat Air Asia.
Lalu, pertanyaannya apa sebenarnya awan Kumulonimbus itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), awan Kumulonimbus adalah awan tebal yang dapat menjulang tinggi menyerupai menara atau gunung-gunung, sebagian puncaknya mulus atau menyerupai serabut yang hampir rata.
Awan Kumulonimbus (CB) ini menjulang tinggi ke atas langit dan terus dapat tumbuh hingga ketinggian 15 kilometer di atas permukaan laut. Awan yang lahir dari kondisi permukaan udara yang tidak stabil ini terbentuk secara berkelompok.
Bagian puncaknya tampak seperti helaian rambut yang tipis dan kemudian melebar seperti lapangan atau landasan. Menurut KBBI, awan Kumulonimbus ini sangat mudah dikenali dari bentuk dan penampilannya, karena memang berbeda dari jenis awan lainnya. Awan ini identik dengan kemunculan hujan, badai es dan petir yang menyambar.
Awan ini berkumpul dan terus tumbuh vertikal ke atas seperti sebuah menara (tower), bahkan bisa mencapai belasan ribu kaki di atas permukaan laut. Dalam proses pembentukannya, awan ini banyak mengumpulkan kandungan uap air, sehingga ukuran dan tingginya terus berkembang. Sejauh ini ada tiga tahapan pembentukan awan berbahaya ini.
Pertama, awan ini mulai terbentuk dari air yang menguap karena panas matahari. Uap air ini terus berkumpul dan membentuk sebuah gumpalan Kumulonimbus. Ketika gumpalan terbentuk, awan ini terus tumbuh dan membuat sebuah gerakan vertikal.
Kedua, ketika awal mulai matang, pergerakan secara vertikal terus menerus terjadi. Awan lalu bergerak hingga ketinggian tertentu dan kemudian melebar seperti sebuah landasan.
Pada tahap ini, awan Kumulonimbus terus mengumpulkan uap air dari permukaan laut. Semakin banyak uap air yang terkumpul, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya badai es, petir di dalam awan.
Ketiga, awan Kumulonimbus mulai memproduksi kandungan air. Di sinilah tahap di mana terjadinya hujan, petir, bahkan badai angina yang sangat kencang.
Awan Kumulonimbus sering disebut sebagai sebagai awan badai berbahaya. Kumulonimbus memiliki karakteristik beragam, awan tersebut sangat besar dan tebal dan biasanya menjulang tinggi hingga beberapa kilometer.
Dan, efek awan Kumulonimbus ini sangat dahsyat. Semakin ke atas, maka dampaknya semakin kuat, apalagi kalau awannya telah membesar. Wallahua’lam. | Cecep Y Pramana @CepPangeran
Allah SWT menerangkan fenomena awan dengan perlahan-lahan, berupa tahapan yang memberikan peluang untuk direnungkan pada setiap tahapan terjadinya hujan. Proses detail tersebut agar mampu menyentuh jiwa dan menyadarkannya, merenungkan rekayasa Allah SWT yang ada di balik semua fenomena di alam semesta.
Hanya Allah SWT yang menggiring awan dari satu tempat ke tempat lainnya, menyebar dan mengumpulkannya. Ketika sudah tebal tersusun dari sekian banyak lapisan barulah keluar air, dan turunlah hujan lebat. Awan yang menggumpal bagaikan gunung-gunung besar di atas angkasa. Bertumpuk-tumpuk. Dan dalam awan itu terdapat pula kristal-kristal salju.
Menyaksikan fenomena awan bagaikan gunung yang bertumpuk-tumpuk itu sangat jelas nyata bagi orang yang berada di atas pesawat terbang. Pesawat itu terbang di atas gumpalan-gumpalan awan, menembus atau menerobos di sela-selanya. Fenomenanya menjadi gunung sungguhan bukan seperti gunung.
Al Qur’an menceritakan awan dengan penggambaran yang sangat jelas yang dapat dibuktikan dengan mata kepala, saat kita berada di pesawat terbang. Gunung-gunung di atas angkasa itu hanya patuh kepada Allah SWT.
Atas kehendakNya ia bergerak, bergeser kemana yang diperintahkan Allah SWT. Ia juga akan berarak sesuai dengan arah yang Allah SWT kehendaki, dan menghidar dari yang arah yang Allah SWT tidak kehendaki. Dengan awan dan hujan Allah SWT merahmati manusia dan dengan awan dan hujan itu pula Allah SWT pernah menurunkan azab-Nya.
Fenomena awan ini, Allah SWT lengkapi dengan kilau kilat, yang semakin menambah indah suasana. Perpaduan antara cahaya besar yang memenuhi alam dengan kilauan kilat yang membelah awan.
Allah SWT berfirman: “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan”. (QS An Nur: 43)
Kini, kita mengenal awan badai bernama Kumulonimbus (CB) setelah bencana yang terjadi di tanah air di akhir tahun 2014 dan di publish di media, karena menjadi salah satu penyebab jatuhnya pesawat Air Asia.
Lalu, pertanyaannya apa sebenarnya awan Kumulonimbus itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), awan Kumulonimbus adalah awan tebal yang dapat menjulang tinggi menyerupai menara atau gunung-gunung, sebagian puncaknya mulus atau menyerupai serabut yang hampir rata.
Awan Kumulonimbus (CB) ini menjulang tinggi ke atas langit dan terus dapat tumbuh hingga ketinggian 15 kilometer di atas permukaan laut. Awan yang lahir dari kondisi permukaan udara yang tidak stabil ini terbentuk secara berkelompok.
Bagian puncaknya tampak seperti helaian rambut yang tipis dan kemudian melebar seperti lapangan atau landasan. Menurut KBBI, awan Kumulonimbus ini sangat mudah dikenali dari bentuk dan penampilannya, karena memang berbeda dari jenis awan lainnya. Awan ini identik dengan kemunculan hujan, badai es dan petir yang menyambar.
Awan ini berkumpul dan terus tumbuh vertikal ke atas seperti sebuah menara (tower), bahkan bisa mencapai belasan ribu kaki di atas permukaan laut. Dalam proses pembentukannya, awan ini banyak mengumpulkan kandungan uap air, sehingga ukuran dan tingginya terus berkembang. Sejauh ini ada tiga tahapan pembentukan awan berbahaya ini.
Pertama, awan ini mulai terbentuk dari air yang menguap karena panas matahari. Uap air ini terus berkumpul dan membentuk sebuah gumpalan Kumulonimbus. Ketika gumpalan terbentuk, awan ini terus tumbuh dan membuat sebuah gerakan vertikal.
Kedua, ketika awal mulai matang, pergerakan secara vertikal terus menerus terjadi. Awan lalu bergerak hingga ketinggian tertentu dan kemudian melebar seperti sebuah landasan.
Pada tahap ini, awan Kumulonimbus terus mengumpulkan uap air dari permukaan laut. Semakin banyak uap air yang terkumpul, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya badai es, petir di dalam awan.
Ketiga, awan Kumulonimbus mulai memproduksi kandungan air. Di sinilah tahap di mana terjadinya hujan, petir, bahkan badai angina yang sangat kencang.
Awan Kumulonimbus sering disebut sebagai sebagai awan badai berbahaya. Kumulonimbus memiliki karakteristik beragam, awan tersebut sangat besar dan tebal dan biasanya menjulang tinggi hingga beberapa kilometer.
Dan, efek awan Kumulonimbus ini sangat dahsyat. Semakin ke atas, maka dampaknya semakin kuat, apalagi kalau awannya telah membesar. Wallahua’lam. | Cecep Y Pramana @CepPangeran
saya juga baru baca surat An Nur ayat 43 ini...ternyata memang serem juga yah..tp itulah takdir dari Allah SWT bagi yg dikehendakiNya dan yg tidak
BalasHapusSubhanallah, Maha Suci Allah
BalasHapusSubhanallah...ternyata di dalam AlQur'an sudah di jelaskan gamblang seperti itu yaaa....Allahu Akbar
BalasHapusMasya Allah..
BalasHapusSubhanallah itu lah kekuasaan allah
BalasHapusSubhanallah...Allah Maha Besar...
BalasHapusAllahu Akbar...Allah lah yang punya kuasa....
BalasHapuswaduuh, memang Allah merupakan pencipta sekaligus pengatur... :D
BalasHapusSubhanallah, memang Allah SWT pencipta sekaligus pengatur... seluruh makhluknya...
BalasHapussalam
Nurul